W E L C O M E To My Blog .. "Always Stonger Than Ever !!!"

Wednesday 9 January 2013

Padatnya Penduduk Kota Jakarta





            Jakarta adalah ibu kota Indonesia yang memiliki penduduk terpadat di Indonesia dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya. Banyak surat kabar yang memberitakan bahwa kota jakarta berada di tingkat yang mengkhawatirkan Menurut hasil sensus nasional terakhir, ibu kota dihuni oleh hampir 9,6 juta orang melebihi proyeksi penduduk sebesar 9,2 juta untuk tahun 2025. Populasi kota ini adalah 4 % dari total penduduk negara,yaitu sebesar 237.600.000 orang.
            Banyak orang yang datang dari berbagai daerah untuk m
emadati wilayah kota Jakarta. Sebagian besar diantara penduduk pendatang dari daerah luar tersebut, datang ke ibu kota tanpa adanya tujuan. Sehingga tidak sedikit masyarakat di Jakarta tidak memiliki pekerjaan. Akibatnya mereka yang tidak memiliki pekerjaan tersebut mencoba untuk menghalalkan segala cara untuk bertahan hidup, seperti mencopet. Jumlah penduduk ditentukan oleh : 1. Angka kelahiran 2. Angka kematian 3. Perpindahan penduduk, yang meliputi :a. Urbanisasi, b. Reurbanisasi, c. Emigrasi, d. Imigrasi, yaitu e. Remigrasi, f. Transmigrasi. Yang menjadi focus p
enyebab kepadatan penduduk Jakarta saat ini adalah adalah Urbanisasi. Dimana, fakta berbicara bahwa penduduk kota Jakarta mayoritas adalah para urban. Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta 2010 mengatakan bahwa jumlah penduduk Jakarta bertambah sebanyak 134.234 jiwa per tahun. Jika tidak ada program dari pemerintah untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, maka pada 2020 Jakarta akan menjadi lautan manusia.
Untuk itu, baik buat kita sekalian untuk mengerti arti dari sebuah kota. Kota. Sangat sulit mendefinisikan kota secara umum, Pakar Perkotaan Gino Germani pun sepakat dengan hal itu. Untuk dapat mendefinisikan kota harus dilihat dari berbagai sudut pandang. Misalnya Gino Germani, ia mengatakan bahwa kota itu dapat dilihat dari dua sudut. Pertama demografis, yaitu bahwa kota itu pasti dihuni oleh penduduk yang relative besar. Kedua sosiologis, yaitu dilihat dari banyak aspek seperti hukum (Athena dan Sparta), ekonomi (Pusat Industri) dan social (personal). Jika pendapat ini dihubungkan dengan Jakarta, maka Jakarta dapat dikatakan sebagai akumulasi dari semua aspek tersebut. Jakarta sebagai pusat ekonomi, social, budaya, hukum pemerintahan dan juga politik. Jakarta menjadi pusat segala peradaban yang terjadi di Indonesia. Semuanya ada di Jakarta. Masyarakat Indonesia memandang Jakarta sebagai tambang emas, karena semuanya ada di Jakarta. Oleh karena itu banyak para urban berbondong-bondong ke kota ini dengan tujuan dapat merubah kondisi perekonomian di desa.
Pasti ada dampak dari suatu hal yang berlebihan begitu pula overloadnya Jakarta. Kesesakan yang diakibatkan oleh berlebihannya pendduduk Jakarta mengakibatkan:
·         Sifat Konsumtif
·         Kekumuhan kota
·         Kemacetan lalu lintas
·         Kriminalitas yang tinggi
·         Struktur kota yang berantakan
·         isu Jakarta tenggelam
·         Banjir
·         pelebaran kota dengan tata kota yang tidak baik
·         melonjaknya sector informal terjadinya kemerosotan kota; dan
·         pengembangan industry yang menghasilkan limbah.
Dalam hal perbaikan, pemerintah Jakarta memang mengambil langkah-langkah untuk membatasi urbanisasi. Pemerintah mengeluarkan peraturan yang membatasi masuknya migran ke kota, dengan hanya mereka yang telah dijamin pekerjaannya diijinkan untuk tinggal di kota, sementara petugas dari lembaga ketertiban umum kota sering melakukan serangan terhadap warga ilegal.
Semua upaya untuk mengekang tingkat kelahiran di kota itu akan menjadi tidak berarti jika kita tidak dapat membatasi urbanisasi. Untuk mengatasi masalah ini, Jakarta tidak bisa bekerja sendiri karena masih ada faktor yang mendorong urbanisasi dari berbagai daerah. Namun Semua masalah ini hanya bisa dipecahkan jika ada kemauan politik dari pemerintah pusat untuk menangani masalah mengurangi kesenjangan antara Jakarta dan provinsi-provinsi lainnya. Sebagai akibatnya, para pembuat kebijakan kota perlu merevisi banyak target pembangunan kota ini, termasuk penciptaan lapangan kerja, ketahanan pangan, perumahan, kesehatan dan infrastruktur, sebagai peredam masalah pada saat kotasudah mengalami kepadatan penduduk yang sangat menghawatirkan.
            Mungkin untuk mengurangi jumlah penduduk yang padat ini adalah dengan cara :
1. Kembali menggalakan program Keluarga Berencana (KB).
Selepas pemerintahan Suharto, KB nyaris tidak terdengar lagi, padahal ini merupakan cara paling efektif menanggulangi pertambahan penduduk yang paling nyata. Dengan dibantu aparat TNI, seharusnya pemerintah “memaksa” seluruh penduduk Indonesia untuk ber KB, jangan pedulikan HAM dsb, karena dengan 2 anak saja sudah lebih dari cukup.
2.  Kembali menggalakan program Transmigrasi.
Luas Indonesia sangat luas, banyak pulau belum terisi, untuk Kalimantan dan Papua saja masih belum terjamah manusia. Pemerintah seharusnya berani membuka jalan dan membangun kota kota kecil di Kalimantan atau Papua, karena masih banyak sumber sumber alam melimpah ruah yang belum termanfaatkan.
3.  Meningkatkan pendidikan di Indonesia, minimal seluruh rakyat Indonesia lulusan S1.
Pendidikan, ini meruakan faktor yang cukup mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Di Jepang karena rata – rata pendidikan cukup tinggi, maka mereka enggan mempunyai anak dan lebih berkonsetrasi pada karir masing masing. Ini perlu dicontoh, saat ini pendidikan kita masih sangat buruk, pemerintah harus berani membuat gebrakan yang luar biasa.

 Besar dari kesempatan kerja, sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan sebaliknya. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari suatu negara ke negara lainnya.

Jadi, untuk pencegahan hal diatas, maka dianjurkan kepada setiap mahasiswa untuk memiliki hard skill, soft skill, dan kepekaan terhadap lingkungan masyarakat , sehingga membentuk pribadi yang baik. Dengan demikian para sarjana akan dengan mudah meiliki pekerjaan yang sepantasnya. Atau para sarjana yang belum memperoleh pekerjaan , sebaiknya tidak menunggu untuk mendapat pekerjaan (tidak menganggur) , dengan kata lain para sarjana dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dengan kemampuan yang dia miliki selama pendidikannya.dan apabila ia telah mengembangkan usaha yang ia ciptakan,dia bisa juga mencari para sarjana lainnya untukdipekerjakan.

No comments:

Post a Comment